.

Jumat, 28 September 2018

Review Novel Dilan Series


Siapa sih yang belum pernah dengar kalimat ini,“Milea kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu, enggak tahu kalo sore.”

 Atau kalimat, “Cemburu itu hanya untuk orang yang nggak percaya diri, dan sekarang aku sedang tidak percaya diri.”




Yapz itulah kalimat sakti yang diucapkan Dilan kepada Milea. Sepotong kalimat ini bisa kita temukan dalam novel best seller karya Pidi Baiq. Novel bergenre remaja ini mengangkat kehidupan seorang pelajar SMA bernama Dilan yang berjuang mendapatkan cinta Milea Adnan Husain.


Nah yang paling seru, Pidi Baiq membuat cerita Dilan ini dua versi yaitu, Dia adalah Dilanku tahun 1990 terbit pada tahun 2014, Dia adalah Dilanku tahun 1991 di bagian kedua yang terbit tahun 2015, serta Milea: Suara dari Dilan yang terbit tahun 2016 lalu.


Kira-kira apa yang membedakan ketiga novel Pidi Baiq tersebut ya, yuk simak satu-satu.


Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990


Judul buku      : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

Penulis             : Pidi Baiq

Tahun terbit     : 2014

Penerbit           : Pastel Books


Di buku pertamanya, Pidi Baiq berhasil menggambarkan secara detail bagaimana sosok Dilan serta kehidupannya. Novel setebal 348 halaman ini menggunakan alur mundur dengan setting tahun 1990an di Kota Bandung.


Milea merupakan tokoh utama, di sini Pidi Baiq ingin menggambarkan jika seolah-olah Milea lah yang bercerita. Hal inilah yang membuat pembaca semakin larut dengan jalan cerita yang ringan, tidak bertele-tele serta gaya bahasanya yang khas.


Dikisahkan Dilan adalah seorang pelajar SMA yang merupakan anggota genk motor. Kebayang seperti apa kan seremnya anak genk motor. Tapi ini tidak berlaku bagi Dilan, meski statusnya sebagai “Panglima Tempur” dalam genk motor, di kesehariannya Dilan adalah anak yang baik, sopan, cerdas juga romantis abis. Di poin terakhir inilah yang membuat Dilan begitu digandrungi.


Pertama kali kenal tokoh Dilan, aku langsung kepikiran sama tokoh Lupus di era 90’an (duh ketahuan banget nih umurnya) yang juga memiliki karakter humoris, selengekan, dan unik. Di bagian awal Milea seolah menceritakan tentang dirinya, Dilan dan juga tokoh-tokoh yang dimunculkan. Tidak banyak memang tapi kesemuanya memiliki karakter kuat.


Tidak terlalu banyak konflik dimunculkan di buku pertama. Hampir kesemua bab bercerita bagaimana usaha Dilan untuk merebut hati Milea. Meski terkesan monoton tapi sebagai pembaca kita tak merasa bosan dengan jalan ceritanya. 


Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991


Judul buku      : Dia Adalah Dilanku Tahun 1991

Penulis             : Pidi Baiq

Tahun terbit     : 2015

Penerbit           : Pastel Books


Lanjut di bagian kedua masih buku karya Pidi Baiq, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 ini merupakan lanjutan kisah Dilan dan Milea. Jika pada buku pertama banyak dikisahkan tentang masa-masa pdkt, buku kedua dikisahkan Dilan dan Milea sudah berpacaran.


Karaker Milea begitu terasa di seri kedua ini jika dibanding dengan seri pertama yang lebih dominan karakter Dilan.

Konflik juga mulai dimunculkan, seperti Milea yang mulai posesif, atau kemunculan tokoh yang beberapa kali mendekati Milea, juga keterlibatan Dilan dalam perkelahian dan tawuran yang berbuntut panjang. Dilan ditangkap polisi dan dikeluarkan dari sekolah.


Milea, Suara Dari Dilan


Judul buku      : Milea, Suara Dari Dilan

Penulis             : Pidi Baiq

Tahun terbit     : 2016

Penerbit           : Pastel Books


Buku setebal 360 halaman ini masih lanjutan dari Dilan series. Satu yang membuat unik, buku ini adalah jawaban  dari buku pertama dan kedua di mana Pidi Baiq seolah-olah membuat Milea lah yang bercerita dalam kisahnya.


Kini giliran Dilan yang bercerita dari versinya. Alur yang digunakan masih alur mundur, Dilan berusaha mengklarifikasi apa yang sudah dituliskan Milea di buku pertama dan kedua. Ada banyak jawaban serta alasan logis yang diberikan Dilan untuk menanggapi apa yang disampaikan Milea, seperti alasanya yang terlibat dalam perkelahian, tawuran antar genk motor, serta perasaannya yang melihat Milea sosok yang istimewa buatnya dikelilingi banyak lelaki yang bereput hatinya, juga penjelasan tentang sosok perempuan yang bersamanya dipemakaman ayahnya.



Lantas bagaimana akhir kisah keduanya, happy ending kan?


Dengan berat hati aku nggak ceritain ending Dilan series ini biar pada penasaran. Buku ini keren, dikemas dalam gaya bahasa yang khas anak muda. Setting lokasi pada tahun 1990an juga bisa sangat dirasakan sehingga sebagai pembaca kita dapat turut bernostalgia masa putih abu-abu.

Saat pertama kali posting tentang novel Dilan di medsos, ada beberapa teman yang berkomentar kalo novel ini anak muda banget dan terkesan lebay abis. Satu kata deh buat mereka, don't judge a book by its cover. 


Buku ini sangat aku rekomandasikan buat yang suka novel fiksi dengan genre romance yang tidak monoton dan tidak membuat bosan meski sudah dibaca berulang kali. Ada banyak insight yang bisa kita dapatkan usai membaca novel karya Pidi baiq ini.


Akhirnya selamat membaca ya...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar