Pagi ini tak seperti biasanya, mendung menyelimuti langit
seolah dia lupa bahwa fajar tlah menyongsong. Seakan memberikan ruang untuk
mendung yang sedang gusar disana, mataharipun bersembunyi, meski sesekali dia
menampakkan diri.
Selasa, 28 Februari 2017
Rabu, 22 Februari 2017
Dalam
kehidupan manusia pasti pernah mengalami suatu keadaan tidak diterima dalam
kondisi tertentu atau mengalami sebuah penolakan. Entah Penolakan dalam
lingkungan sekitar, ditolak dalam pergaulan, ditolak saat melamar pekerjaan atau
mungkn mengalami penolakan cinta. Setiap penolakan menyisakan kepahitan, tak
sedikit pula yang meninggalkan luka setelahnya. Rasanya aku pernah berada dalam
fase tersebut, fase dimana aku mengalami sebuah penolakan. Ada banyak cara
penolakan itu terjadi. Ada yang secara jelas diungkapkan tapi adapula penolakan
yang tersirat. Meskipun tidak diungkapkan semua gamblang, penolakan dapat
dirasakan dari setiap tutur kata, tingkah laku yang serta merta menunjukkan
sikap menjauh, acuh tak acuh dan berusaha untuk tidak peduli. Biasanya
penolakan yang kedua ini yang lebih menyakitkan. Selain tidak adanya kepastian,
tentunya akan selalu meninggalkan pertanyaan.
Masih tentang
penolakan, aku pernah mengalami sebuah penolakan yang menyisakan secuil kekecewaan.
Beberapa waktu lalu aku pernah ditolak ketika melamar pekerjaan disebuah Rumah
Sakit ternama di Kota Semarang, sebelumnya aku juga pernah di tolak ketika
melamar disebuah perusaan provider ternama di Semarang, jauh sebelum ini aku
pernah juga di tolak ketika melamar di sebuah Bank swasta di Kota Gudeg.
Semuanya menyisakan kekecewan,
kepahitan sekaligus penuh tanda tanya dalam hatiku, mengapa hal ini bisa
terjadi. Lantas apa yang harus kulakukan ketika mengalami penolakan?
Life must go on, semua tidak
terhenti sampai pada titik tersebut. Aku masih terus mencari yang baik hingga
kudapati satu diantara yang terbaik. Memang tidak semudah teori, butuh kekuatan
ekstra, butuh keberanian untuk bangkit dan kepercayaan diri untuk melangkah
kembali.
Berselang jauh dari kejadian penolakan yang kualami, satu persatu jawaban
kudapati atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu bergulat dalam hati. Beberapa
teman ataupun kenalan yang kebetulan saat itu diterima ketika kita melamar
pekerjaan bersama-sama mengatakan beruntungnya aku tidak diterima disana, ada
yang mengatakan bekerja disana penuh tekanan, ada yang lain mengatakan bekerja
disana tidak seindah apa yang diimpikan, tak heran satu diantara mereka
mengatakan berencana untuk resign dari sana. Terlepas dari apapun alasannya,
jauh dalam sanubariku berkata betapa bersyukurnya aku pernah mengalami ini. Aku
teringat akan sebuah pepatah yang mengatakan, “Dalam setiap
penolakan akan ada penerimaan yang lebih baik”.
Sekarang aku bisa mengatakan hal
demikian, ketika kita mengalami sebuah penolakan oleh siapapun itu dan karena
apapun itu terima dan ikhlaskan, yakinilah bahwa akan ada sesuatu yang lebih
indah,yang terbaik telah dipersiapkanNya. Jangan pernah takut di tolak,
karena terkadang sesuatu yang manis terlahir dari kepahitan.
Senin, 20 Februari 2017
Rabu, 15 Februari 2017
Love Is
Blind, pernah dengar kata-kata itu kan. Ada yang setuju?. Mungkin aku salah
satu dari sekian orang yang mengatakan setuju, kenapa? Karena aku sendiri
pernah mengalaminya.Tulisan ini aku buat jauh setelah aku bangkit dari
kerapuhanku atas patah hati beberapa saat lalu. Setiap orang pasti pernah merasakan
jatuh cinta. Jatuh cinta sedalam dalamnya hingga dibutakan karenanya. Seperti
halnya diriku, yang sudah pernah merasakan jatuh cinta dan dibuat terbang
setinggi langit. Aku pernah dengan tulus memberikan seluruh hatiku untuk
seseorang. Aku percayakan padanya untuk menjaga hatiku yang masih utuh, dan
berharap untuk menyimpannya dengan baik. Kala itu aku mengenalnya begitu dalam,
telah aku curahkan segala waktu dan pikiranku untuk memikirkannya, bahkan tak
kuberi sedikitpun celah untuk dimasuki hati lain. Setiap akses pintu masuk
kehatiku kututup rapat bagai portal tak ada yang bisa memasukinya. Aku pernah
berjuang sekuat tenaga, tak peduli bagaimanapun sakit dan patah hatinya
aku nanti. Jika kuingat saat ini, ternyata aku pernah sebodoh itu. Pernah
kulakukan hal-hal yang tak masuk akal hanya untuk melihatnya bahagia. Semua
kulakukan karena berpikir dialah yang dikirimkan Tuhan untukku. Kulewati hari
demi hari bersamanya. Bahagia memenuhi hari-hariku kala itu.
Hingga pada akhirnya semua berubah, perasaanku hancur
seketika saat itu. Hati yang pernah kutitipkan dikembalikan dalam keadaan
hancur berkeping-keping. Aku merasakan patah hati sedalam-dalamnya. Tapi tetap aku
berusaha memperjuangkannya habs-habisan. Segala usaha kulakukan untuk mempertahankannya,
menahannya pergi tapi nyatanya dia tetap pergi. Tanpa menoleh sedikitpun
kebelakang langkahnya semakin menjauh dan hilang tanpa meninggalkan bayangan. Aku
mencoba mencari jawaban kepergiannya. Karena yang aku tau saat itu, kita bagai
sejoli yang sepakat saling menjaga hati. Kuberanikan diri mencarinya, tujuannya
masih sama ingin menahanya agar tetap disini. Semua cara kulakukan, berbagai
upaya kuperjuangkan.
Tak berani aku membayangkan tentang patah hati, berbagai
perasaan menghampiriku. Tentang bagaimana aku nanti ketika dia benar benar
pergi. Dia yang membuatku bergantung, dia yang seakan mejadikanku tak terbiasa
tanpanya .Sampai suatu hari kudapati alasanmu pergi. Dengan berat hati aku
mencoba menerima kenyataan yang menyakitkan. Tanpa persiapan aku merasakan patah
hati. Ternyata sesakit ini kulalui hari tanpanya, ternyata seperih ini
membiarkannya pergi. Aku belum rela, bahkan tidak akan pernah rela melihatnya
pergi. Tapi aku juga tetap tak bisa menahannya disini. Kubiarkan dia pergi, mengejar
apa yang membuatnya bahagia mesti tanpaku. Kubiarkan kehidupan barunya tanpa
sedikitpun aku terlibat didalamnya. Memang aku benar-benar patah hati. Sulit
menggambarkan bagaimana rasanya sakit itu, lukanya begitu dalam. Entah butuh
waktu berapa lama aku mengobatinya. Sekuat tenaga aku mencoba bertahan, bahkan
aku masih setia menunggunya kembali.
Satu tahun,dua tahun terlewati
tanpanya. Aku mulai terbiasa dengan situasi seperti ini. Namun tidak ada yang
berubah. Aku masih menunggunya kembali, meski aku sudah terbiasa tanpanya,
meski aku bisa melewati semua sendiri. Awalnya berpikir, mungkin dengan menjauh,
akan menghadirkan ruang rindu diantara kita. Rupanya itu tidak berlaku
untuknya. Dia semakin menjauh, bayangannya pun tak bisa lagi hanya sekedar
kulihat. Ternyata dia lebih bahagia tanpaku, dia bisa menjalani kehidupannya
yang baru tanpaku. Hal ini menyadarkanku semakin kukejar semakin jauh pula dia
berlari, semakin ingin aku bertahan semakin keras pula usahanya untuk pergi.
Hari ini aku mengenang semuanya, aku paham betul bahwa aku pernah patah hati. Itu
dulu saat aku masih begitu terobsesi padanya, cinta pertamaku. Kini aku sudah
sembuh dari patah hati yang begitu mengoyakkanku. Aku mampu bangkit dan
bertahan sampai detik ini. Matahari masih bersinar walau aku tanpanya, langit
masih biru tanpa aku harus bersamanya. Dan ternyata donat masih tetap bulat
walau dia memilih pergi dariku. Duniaku masih luas, waktuku masih panjang, aku ingin
bahagia dan melanjutkan hidupku. Aku tak mengijinkan perasaan patah hati
menggerogoti hidupku, aku tak mengijinkan luka itu terus bersemayam direlung
hatiku yang paling dalam.
Untuk sahabatku yang pernah merasakan patah hati seperti yang aku rasakan, aku
tau tidak mudah untuk melewati masa-masa kritis ini, aku tau ini berat. Aku tau
susah untuk beranjak. Tapi hidup tak harus berhenti sampai disini. Suatu saat
ketika kau telah berhasil melarikan diri dari patah hati yang dirasakan saat
ini kau hanya akan tertawa geli dan mampu mengatakan ternyata aku sebodoh itu.
Rabu, 01 Februari 2017
Kapan nikah?
Kapan nyusul?
Ojo kesuen!!
Udah ada calonnya?
Ditunggu Undangannya?