.

Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 November 2017

1 Bulan Setelah Yes, I do..



(20 Oktober 2017 - 20 Nopember 2017)

Hari ini sebulan lalu adalah hari yang begitu istimewa buat hidupku. Tepat 20 Oktober 2017 aku resmi melepas status lajang dan siap memulai kehidupan baru bersama lelaki pilihanku.

Satu bulan berjalan, dari yang awalnya hanya bertemu selama 12 jam, kini menjadi 24 jam nonstop.
Ada banyak cerita selama satu bulan ini dan kesemuanya adalah cerita indah, unik, dan tentu ini pengalaman luar biasa. Syukur yang teramat mendalam aku panjatkan pada Sang pencipta dan semesta atas kebahagiaan ini, sungguh tak ada kebahagiaan yang lebih indah dari ini. 

Selasa, 16 Mei 2017

Berkunjung ke Panti Asuhan Santo Thomas




Bandungan merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Semarang yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik yang berasal dari Semarang maupun dari luar Semarang. Tidak dipungkiri pesona keindahan alam serta udara yang masih asri menjadi daya tarik tersendiri bagi wisawan untuk mengunjungi Bandungan. 

Sabtu, 22 April 2017

Teruntuk Kalian Para Alumni Hati


Mendengar kata mantan, apa sih yang ada dibenak kalian? Kalo aku sih iyes..iyes baper, hahaha. Pada kesempatan ini dengan amat sangat terpaksa tulisan ini aku buat, bukan karena lagi baper atau lagi kangen mantan ya, atau bahkan pengen CLBK? Duh nggak banget. Nggak tau kenapa sore tadi dari kamar temen kos terdengar lagu dari The Rain feat Endank Soekamti yang judulnya terlatih patah hati. Liriknya kayak gini kalo nggak salah,

Selasa, 14 Maret 2017

Tentang Jodoh


Beberapa hari terakhir ini kudapatkan kabar bahagia dari beberapa teman dan kerabat dekat, tidak lain adalah undangan untuk menghadiri pernikahannya. Ada yang hanya menyampaikan lewat lisan ataupun secara pribadi memberikannya padaku.

Selasa, 28 Februari 2017

Hujan Pagi Ini

Pagi ini tak seperti biasanya, mendung menyelimuti langit seolah dia lupa bahwa fajar tlah menyongsong. Seakan memberikan ruang untuk mendung yang sedang gusar disana, mataharipun bersembunyi, meski sesekali dia menampakkan diri.

Rabu, 22 Februari 2017

Aku juga Pernah Ditolak



Dalam kehidupan manusia pasti pernah mengalami suatu keadaan tidak diterima dalam kondisi tertentu atau mengalami sebuah penolakan. Entah Penolakan dalam lingkungan sekitar, ditolak dalam pergaulan, ditolak saat melamar pekerjaan atau mungkn mengalami penolakan cinta. Setiap penolakan menyisakan kepahitan, tak sedikit pula yang meninggalkan luka setelahnya. Rasanya aku pernah berada dalam fase tersebut, fase dimana aku mengalami sebuah penolakan. Ada banyak cara penolakan itu terjadi. Ada yang secara jelas diungkapkan tapi adapula penolakan yang tersirat. Meskipun tidak diungkapkan semua gamblang, penolakan dapat dirasakan dari setiap tutur kata, tingkah laku yang serta merta menunjukkan sikap menjauh, acuh tak acuh dan berusaha untuk tidak peduli. Biasanya penolakan yang kedua ini yang lebih menyakitkan. Selain tidak adanya kepastian, tentunya akan selalu meninggalkan pertanyaan.
Masih tentang penolakan, aku pernah mengalami sebuah penolakan yang menyisakan secuil kekecewaan. Beberapa waktu lalu aku pernah ditolak ketika melamar pekerjaan disebuah Rumah Sakit ternama di Kota Semarang, sebelumnya aku juga pernah di tolak ketika melamar disebuah perusaan provider ternama di Semarang, jauh sebelum ini aku pernah juga di tolak ketika melamar di sebuah Bank swasta di Kota Gudeg.
Semuanya menyisakan kekecewan, kepahitan sekaligus penuh tanda tanya dalam hatiku, mengapa hal ini bisa terjadi. Lantas apa yang harus kulakukan ketika mengalami penolakan?
Life must go on, semua tidak terhenti sampai pada titik tersebut. Aku masih terus mencari yang baik hingga kudapati satu diantara yang terbaik. Memang tidak semudah teori, butuh kekuatan ekstra, butuh keberanian untuk bangkit dan kepercayaan diri untuk melangkah kembali.
            Berselang jauh dari kejadian penolakan yang kualami, satu persatu jawaban kudapati atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu bergulat dalam hati. Beberapa teman ataupun kenalan yang kebetulan saat itu diterima ketika kita melamar pekerjaan bersama-sama mengatakan beruntungnya aku tidak diterima disana, ada yang mengatakan bekerja disana penuh tekanan, ada yang lain mengatakan bekerja disana tidak seindah apa yang diimpikan, tak heran satu diantara mereka mengatakan berencana untuk resign dari sana. Terlepas dari apapun alasannya, jauh dalam sanubariku berkata betapa bersyukurnya aku pernah mengalami ini. Aku teringat akan sebuah pepatah yang mengatakan, “Dalam setiap penolakan akan ada penerimaan yang lebih baik”.
Sekarang aku bisa mengatakan hal demikian, ketika kita mengalami sebuah penolakan oleh siapapun itu dan karena apapun itu terima dan ikhlaskan, yakinilah bahwa akan ada sesuatu yang lebih indah,yang terbaik  telah dipersiapkanNya. Jangan pernah takut di tolak, karena terkadang sesuatu yang manis terlahir dari kepahitan. 




Senin, 20 Februari 2017

Surat terbuka Untukmu Calon Pendamping Hidupku




Surat ini aku dedikasikan special untukmu lelaki yang telah berjuang bersamaku.

Rabu, 15 Februari 2017

Aku Pernah Patah Hati



Love Is Blind, pernah dengar kata-kata itu kan. Ada yang setuju?. Mungkin aku salah satu dari sekian orang yang mengatakan setuju, kenapa? Karena aku sendiri pernah mengalaminya.Tulisan ini aku buat jauh setelah aku bangkit dari kerapuhanku atas patah hati beberapa saat lalu. Setiap orang pasti pernah merasakan jatuh cinta. Jatuh cinta sedalam dalamnya hingga dibutakan karenanya. Seperti halnya diriku, yang sudah pernah merasakan jatuh cinta dan dibuat terbang setinggi langit. Aku pernah dengan tulus memberikan seluruh hatiku untuk seseorang. Aku percayakan padanya untuk menjaga hatiku yang masih utuh, dan berharap untuk menyimpannya dengan baik. Kala itu aku mengenalnya begitu dalam, telah aku curahkan segala waktu dan pikiranku untuk memikirkannya, bahkan tak kuberi sedikitpun celah untuk dimasuki hati lain. Setiap akses pintu masuk kehatiku kututup rapat bagai portal tak ada yang bisa memasukinya. Aku pernah berjuang sekuat  tenaga, tak peduli bagaimanapun sakit dan patah hatinya aku nanti. Jika kuingat saat ini, ternyata aku pernah sebodoh itu. Pernah kulakukan hal-hal yang tak masuk akal hanya untuk melihatnya bahagia. Semua kulakukan karena berpikir dialah yang dikirimkan Tuhan untukku. Kulewati hari demi hari bersamanya. Bahagia memenuhi hari-hariku kala itu.
Hingga pada akhirnya semua berubah, perasaanku hancur seketika saat itu. Hati yang pernah kutitipkan dikembalikan dalam keadaan hancur berkeping-keping. Aku merasakan patah hati sedalam-dalamnya. Tapi tetap aku berusaha memperjuangkannya habs-habisan. Segala usaha kulakukan untuk mempertahankannya, menahannya pergi tapi nyatanya dia tetap pergi. Tanpa menoleh sedikitpun kebelakang langkahnya semakin menjauh dan hilang tanpa meninggalkan bayangan. Aku mencoba mencari jawaban kepergiannya. Karena yang aku tau saat itu, kita bagai sejoli yang sepakat saling menjaga hati. Kuberanikan diri mencarinya, tujuannya masih sama ingin menahanya agar tetap disini. Semua cara kulakukan, berbagai upaya kuperjuangkan.
Tak berani aku membayangkan tentang patah hati, berbagai perasaan menghampiriku. Tentang bagaimana aku nanti ketika dia benar benar pergi. Dia yang membuatku bergantung, dia yang seakan mejadikanku tak terbiasa tanpanya .Sampai suatu hari kudapati alasanmu pergi. Dengan berat hati aku mencoba menerima kenyataan yang menyakitkan. Tanpa persiapan aku merasakan patah hati. Ternyata sesakit ini kulalui hari tanpanya, ternyata seperih ini membiarkannya pergi. Aku belum rela, bahkan tidak akan pernah rela melihatnya pergi. Tapi aku juga tetap tak bisa menahannya disini. Kubiarkan dia pergi, mengejar apa yang membuatnya bahagia mesti tanpaku. Kubiarkan kehidupan barunya tanpa sedikitpun aku terlibat didalamnya. Memang aku benar-benar patah hati. Sulit menggambarkan bagaimana rasanya sakit itu, lukanya begitu dalam. Entah butuh waktu berapa lama aku mengobatinya. Sekuat tenaga aku mencoba bertahan, bahkan aku masih setia menunggunya kembali.
            Satu tahun,dua tahun terlewati tanpanya. Aku mulai terbiasa dengan situasi seperti ini. Namun tidak ada yang berubah. Aku masih menunggunya kembali, meski aku sudah terbiasa tanpanya, meski aku bisa melewati semua sendiri. Awalnya berpikir, mungkin dengan menjauh, akan menghadirkan ruang rindu diantara kita. Rupanya itu tidak berlaku untuknya. Dia semakin menjauh, bayangannya pun tak bisa lagi hanya sekedar kulihat. Ternyata dia lebih bahagia tanpaku, dia bisa menjalani kehidupannya yang baru tanpaku. Hal ini menyadarkanku semakin kukejar semakin jauh pula dia berlari, semakin ingin aku bertahan semakin keras pula usahanya untuk pergi.
            Hari ini aku mengenang semuanya, aku paham betul bahwa aku pernah patah hati. Itu dulu saat aku masih begitu terobsesi padanya, cinta pertamaku. Kini aku sudah sembuh dari patah hati yang begitu mengoyakkanku. Aku mampu bangkit dan bertahan sampai detik ini. Matahari masih bersinar walau aku tanpanya, langit masih biru tanpa aku harus bersamanya. Dan ternyata donat masih tetap bulat walau dia memilih pergi dariku. Duniaku masih luas, waktuku masih panjang, aku ingin bahagia dan melanjutkan hidupku. Aku tak mengijinkan perasaan patah hati menggerogoti hidupku, aku tak mengijinkan luka itu terus bersemayam direlung hatiku yang paling dalam.
            Untuk sahabatku yang pernah merasakan patah hati seperti yang aku rasakan, aku tau tidak mudah untuk melewati masa-masa kritis ini, aku tau ini berat. Aku tau susah untuk beranjak. Tapi hidup tak harus berhenti sampai disini. Suatu saat ketika kau telah berhasil melarikan diri dari patah hati yang dirasakan saat ini kau hanya akan tertawa geli dan mampu mengatakan ternyata aku sebodoh itu.




Rabu, 01 Februari 2017

Kapan nikah?




Kapan nikah?
Kapan nyusul?
Ojo kesuen!!
Udah ada calonnya?
Ditunggu Undangannya?

Kamis, 26 Januari 2017

Seperti Hujan di Kotamu with Boy Candra



     Mengenal Lebih Dekat Boy Candra
Pria kelahiran Sumatra Barat 21 Nopember 1989 ini mulai aktif menulis sejak tahun 2011.
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Boy Candra bahwa saat ini dia bisa menjadi penulis yang karya-karyanya diterima oleh pembaca bahkan sampai menjadi bestseller.
Sewaktu masih kecil uda Boy (Uda :panggilan untuk laki-laki yang lebih tua di Padang) bercita-cita untuk menjadi artis, tetapi semua berubah ketika mulai memasuki bangku perkuliahan.
Saat itu Boy Candra mengambil jurusan Managemen di salah satu Universitas di Kota Padang Sumatra Barat, dari sinilah cita citanya berubah dari yang semula menjadi artis sampai akhirnya dia memilih untuk menjadi pekerja kantoran sewaktu lulus kuliah nanti.

Ø Tersesat Di Dunia Kepenulisan
Sehari sebelum Ulang Tahun yang ke 22 beberapa tahun lalu, Boy Candra mengalami sesuatu yang pahit dalam kisah asmaranya. Dia diputuskan oleh seseorang yang saat itu masih menjadi kekasihnya. Sewajarnya anak muda lain yang mengalami patah hati setelah putus cinta begitu juga dengan Uda Boy, bisa dikatakan saat itu dia galau parah dan mengalami kebingungan mau apa setelah ini.
Akhirnya hal yang bisa dilakukannya saat itu hanyalah menuliskan apa yang dia rasakan atau kalo anak muda jaman sekarang ya curhat di media social. Berbagai ungkapan hati dan kesedihan dituangkannya dalam celotehannya di twitter dan blog pribadi miliknya. Bagi Uda Boy rasanya terlalu dini jika saat itu dia membayangkan sampai berada dititik pencapaian saat ini, karena tujuan awalnya menulis saat itu karena dia tidak bisa bercerita tentang apa yang dirasakannya pasca putus cinta (galau,patah hati,baper,dan kawan-kawannya) secara langsung kepada orang lain. Sejak saat itulah uda Boy membulatkan tekat serius untuk mendalami dunia tulis menulis.

Ø Menjadi Penulis
Setelah aktif menekuni dunia tulis menulis dan memiliki banyak naskah tulisan, Uda Boy mulai memberanikan diri mengirimkan naskah kepada beberapa penerbit, kurang lebih sebanyak sepuluh kali, dan tidak kurang dari tujuh penerbit. Meskipun dari sekian banyak naskah yang dikirimnya ke beberapa penerbit belum mendapatkan respon yang dalam bahasa halusnya mungkin mengalami penolakan, hal ini tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap menulis dan menulis. Bagi Boy Candra untuk menjadi penulis sukses kunci utamanya jangan takut ditolak, kalau takut ditolak ya mending tidak jadi penulis buku, begitu ujarnya. Harus berani karena memang begitulah resikonya.
Menurut Boy Candra sendiri ketika menghadapi penolakan pada naskah naskah yang dikirmkannya, dia tidak begitu ambil pusing, karena dia menyibukkan diri untuk menulis naskah lain sembari menunggu naskah lain yang dia kirimkan. Artinya, dia tidak pernah menggantungkan harapan pada satu naskah saja.

Ø Buku Boy Candra
       Cukup menunggu lama, akhirnya penantian Boy Candra berbuah manis. Dari penerbit Media kita,  beberapa judul buku karya Boy Candra telah terbit, antara lain:
1.      Origami Hati
2.      Setelah Hujan Reda
3.      Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang
4.      Senja Hujan dan Cerita yang tlah Usai
5.      Sepasang kekasih yang Belum bertemu
6.      Satu hari di 2018
7.      Surat Kecil untuk Ayah
8.      Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Ø Penulis Bestseller
Tahun 2013 setelah buku pertamanya dengan judul Origami Hati terbit lantas tidak membuat Boy Candra merasa berpuas diri, justru saat inilah pikirannya di penuhi perasaan apakah bukunya diterima oleh pembaca. Hal yang selalu dilakukannya setiap kali pergi ke toko buku adalah mencari dalam komputer dan mengetikkan  nama “Boy Candra” dengan tujuan untuk sekedar melihat apakah bukunya masih ada disana.
Tahun pertama kedua terlewati setelah beberapa bukunya terbit, hingga akhirnya buku yang berjudul Catatan pendek untuk cinta yang panjang menjadi bestseller. Buku ini laris manis dikalangan remaja yang mulai merasakan kegalauan-kegalauan persis seperti yang dituliskan Boy Candra dalam setiap buku-bukunya. Sejak saat itu nama Boy Candra mulai dikenal dikalangan pecinta novel yang karya-karyanya selalu dinantikan.
Ø Boy Candra di Masa Akan datang
Saat roadshow ke Gramedia Semarang, Boy Candra baru saja menerbitkan bukunya yang berjudul seperti hujan yang jatuh ke Bumi. Buku ini bercerita tentang cinta, persahabatan dengan konflik-konflik remaja pada umumnya.  Boy Candra mengatakan saat ini, buku Origami Hati yang pernah terbit di Tahun pertama kemunculannya, sedang dipersiapkan untuk terbit kembali dengan penambahan dibeberapa bagian tentunya dengan penampilan yang lebih fres. Rencananya buku ini akan bisa dinikmati di toko-toko buku mulai Maret mendatang.
Ketika ditanya harapan Boy Candra dimasa depan, dia mengatakan akan tetap menulis dan berkarya menghasilkan buku-buku untuk dinikmati para sahabatnya (Boy Candra tidak pernah menyebut penggemar sebagai seorang fans, tetapi sahabat bertumbuh).
Menulis menulis dan menulis itulah harapan Boy Candra saat ini dan dimasa akan datang, terlepas dari genre apa yang akan ditulisnya nanti.

Nah itu tadi beberapa ulasan saat acara talkshow Seperti Hujan di Kotamu with Boy Candra.
Kita tunggu ya Uda Boy kedatangannya di Kota Semarang dengan karya terbarunya.
Byee.. bye..